Rumah Adat Gorontalo
Nah, dikesempatan artikel kali ini kami akan mengulas kedua rumah adab Gorontalo tersebut secara lengkap mulai dari gaya arsitektur, struktur bangunan, fungsi, serta penjelasannya. Bagi Anda yang tertarik untuk memperoleh wawasan budaya wacana kedua rumah adab ini, silakan simak pembahasan berikut!1. Rumah Adat Dolohupa
Dalam bahasa Gorontalo, Doluhapa berarti “Mufakat”. Nama tersebut sesuai dengan fungsi rumah adab satu ini yang memang sering dipakai untuk bermusyawarah untuk mencapai mufakat dalam kasus adab di masa pemerintahan raja-raja Gorontalo di masa silam. Rumah Doluhapa juga dipakai sebagai daerah mengadili seseorang yang melaksanakan tindakan kejahatan. [Baca Juga : Rumah Adat Sulawesi]Ada 3 aturan yang dipakai dalam pengadilan yang dilakukan di rumah adab Doluhupa, yaitu aturan pertahanan dan keamanan yang dipakai untuk mengadili prajurit atau sanggup dikatakan pengadilan militer (Buwatulo Bala), aturan agama Islam (Buwatulo Syara), dan aturan adab (Buwatulo Adati).
Dari segi desain arsitekturnya sendiri, rumah adab Gorontalo ini terbilang unik. Rumah adab ini mempunyai struktur panggung dengan tiang atau pilar yang berukir sedemikian rupa sebagai hiasan. Atapnya dibentuk dari jerami berkualitas yang dianyam, sementara bab rumah lainnya menyerupai lantai, dinding, pagar, dan tangga terbuat dari bilah atau papan kayu.
Bagian dalam rumah adat Doluhupa tidak terbagi menjadi beberapa ruangan melainkan pribadi berupa satu ruangan plong berukuran besar. Di masa sekarang, ruangan ini tidak lagi dipakai untuk mengadili seseorang. Ruangan ini beralih fungsi dan lebih sering dipakai sebagai daerah untuk melangsungkan upacara ijab kabul adat, atau kegiatan adab lainnya.
Ada satu bab yang unik dari rumah adab Gorontalo ini. selain kita sanggup menemukan adanya anjungan yang terletak di bab depan rumah, kita juga sanggup melihat adanya 2 tangga yang saling berhadapan secara simetris di bab depan rumah sebagai jalan masuk. Tangga ini dalam bahasa Gorontalo disebut Tolitihu.
2. Rumah Adat Bandayo Pamboide
Jika rumah adab Doluhapa lebih sering dipakai sebagai daerah mengadili seseorang, maka rumah adab Bandayo Pamboide ini justru kerap dipakai sebagai daerah bermusyawarah dan gedung pertunjukan adat. Fungsi ini sesuai dengan nama rumah adab ini, Bandayo yang berarti gedung sementara Pambide berarti daerah bermusyawarah.Bandayo Pamboide dan Doluhapa juga berbeda dari segi arsitektur interiornya. Jika rumah adab Doluhapa tidak mempunyai sekat dan hanya terdiri atas satu ruangan saja, maka rumah Bandayo Pamboide justru terbagi menjadi beberapa kamar dengan sekat yang terbuat dari papan. Saat ini, kita sanggup menemukan dan melihat desain dari rumah adab Gorontalo ini di depan rumah dinas Bupati Gorontalo.
Nah, demikian ulasan yang sanggup kami sampaikan tentang rumah adab Gorontalo dan penjelasannya. Dari pemaparan yang disampaikan kita sanggup menarik beberapa kesimpulan, di antaranya bahwa rumah adab Gorontalo baik rumah Doluhapa maupun Bandayo Pamboide keduanya mempunyai desain yang bersahabat dengan budaya Islam. hal ini sesuai dengan fakta sejarah yang menandakan bahwa Gorontalo di masa silam merupakan salah satu sentra pengajaran Islam di Pulau Sulawesi. Semoga ulasan ini bermanfaat dan jangan lupa membaca pembahasan kami tentang Rumah Adat Bali di artikel berikutnya. Salam.
Post A Comment:
0 comments: